Ilustrasi |
Saat ini,
tensi semakin meninggi tatkala partai politik sudah seperti cacing kepanasan
guna mencari “rekan” untuk diajak “berteman” yang diidolakan dengan istilah
koalisi dalam pemerintahan. Ada partai yang begitu terbuka menunjukkan jalan
politiknya, ada yang terkesan malu-malu bahkan ada partai yang berhati-hati
tapi bingung mencari “hunian” yang aman nan nyaman. Dan yang terbaru, dari awal
menjadikan dirinya Calon Presiden sampai mengirimkan surat pribadi dengan
harapan mendapat dukungan rakyat, sekarang berubah prinsip dan “rela” turun
posisi menjadi Calon Wakil Presiden dengan “modus” demi rakyat.
Tentu kita
selaku rakyat kecil yang “awam” akan ilmu perpolitikan yang begitu menggilitik
menjadi bertanya-tanya dan bingung harus bersikap, berbuat serta bertindak
seperti apa guna mendapatkan Presiden dan Wakil Presiden masa depan yang
bekerja benar-benar untuk kepentingan rakyat, bukan bekerja demi kebesaran
partai dan nafsu belaka yang disuguhkan oleh partai-partai di negara kita ini.
Guna
menjawab “kegelisahan” kita ini, mungkin hal yang saat ini kita bisa lakukan
perlahan adalah memilih dan memilah terkait siapa kira-kira calon presiden yang
nantinya menjadi pemimpin di negara kita ini dengan tanpa adanya campur tangan
partai politik, yaitu dengan menilai dan menimbang seorang pemimpin yang
mempunyai kadar etika positif, baik etika secara pribadi maupun dalam
organisasi pemerintahan nantinya, sehingga kita dapat memiliki pemimpin yang
berkualitas yang memiliki integritas serta kinerja yang baik dimata orang-orang
yang dipimpinnya.
Etika
merupakan perilaku berstandar normatif berupa nilai-nilai, norma-norma dan
hal-hal baik yang difungsikan sebagai penuntun dalam berucap, bersikap dan
bertindak menjalankan kehidupan menuju ke tingkat yang lebih baik.
Etika kepemimpinan
pemerintahan dapat kita maknai sebagai implementasi pemerintah yang memedomani
nilai-nilai pemerintahan dalam konteks kepemimpinan nasional yang
terkristalisasi dalam Pancasila dan UUD 1945 dan dalam lingkup lokal, kearifan
budaya dan tata nilai masyarakat setempat.
Sebagaimana
yang dikemukakan ole Greetz bahwa pemimpin adalah Examply Center, dimana
pemimpin memegang setral suatu organisasi. Apabila pemerintah dikelola oleh
pemimpin yang memegang erat etika kepemimpinan, maka rakyat akan menerimanya
sebagai bentuk rahmad dan kemuliaan.
Pemimpin
yang beretika tidak akan pernah punya niat untuk menyingkirkan bakat-bakat
hebat yang menjanjikan masa depan cerah. Dia akan mengilhami semua orang dengan
memberikan motivasi dan keteladanan untuk mampu mencapai keungulan dan
menstimulasi semua orang untuk berfikir dan bekerja efektif. Dia tidak akan
dengan gampangnya memutasi serta men_non-job_kan pegawai hanya karena dendam
politik semata atau sekedar bagi-bagi kado kemenangan Pilpres atau memuaskan
syahwat kekuasaannya belaka.
Kepemimpinan
beretika akan membuat suasana hubungan kerja dalam
pemerintahan lebih nyaman dan terhindar dari konflik, baik vertikal maupun
horizontal. Pemimpin yang beretika, dalam menjalankan kepemimpinannya harus
mampu menjaga perasaan orang lain, khususnya dalam mengeluarkan statemen serta
senantiasa mampu memecahkan segala bentuk permasalahan dengan cepat, tepat, dan
rendah hati yang mengedepankan proses dialogis dan sikap yang jujur, disiplin,
konsekwen dan dapat dipercaya.
Kita semua
yakin dan percaya, tidak ada siapapun yang ingin disebut sebagai pemimpin tanpa
etika. Namun kekuasaan dan kekuatan dalam cengkraman diri akan menjadi batu
sandungan dan godaan untuk mempermainkan kekuasaan dan kekuatan sesuai nafsu
dan ego diri. Padahal, kekuasaan dan kekuatan itu ada karena titipan dari
orang-orang yang percaya pada integritas pimpinan. Oleh karena itu pemimpin
tidak boleh lupa dalam menjalani kekuasaan dan kekuatan harus tetap dengan panduan etika dan moralitas yang
tinggi. Mengapa? Karena negara kita saat ini membutuhkan pemimpin yang tangguh
serta luar biasa, karena besarnya negara ini, majunya negara ini tergantung
pada pemimpinnya. Pemimpin bertugas dan berkewajiban memimpim, pengikut hanya
mengikuti. Jika pemimpin sudah tidak bisa memimpin dengan baik, tegas, dan
bijak, maka mau dibawa kemana negara tercinta kita ini? Mau kemana kita ini
berjalan jika tanpa ada yang di “panuti”.
Lalu, siapa
calon presiden yang layak menjadi pemimpin negara kita ini? Yang beretika,
tegas, dan bijak? Semua tergantung dari pribadi kita masing-masing dalam
menentukannya. Selamat berdemokrasi!! Merdeka!!
Komentar
Posting Komentar