Langsung ke konten utama

Pembentukan Diri Remaja



Bagaimana menjaga hubungan yang harmonis antara orangtua dengan anak-anaknya yang menginjak usia remaja? Bagaimana orangtua dapat  menolong anak-anak remajanya untuk mengenal diri lebih baik?  Tentunya kita perlu mengetahui tentang keunikan usia remaja ini.

-*- PEMBENTUKAN DIRI REMAJA: MANGGA DAN JERUK -*-
  "Kalau menanam pohon jeruk, pastilah buahnya jeruk; kalau menanam  pohon mangga, pastilah buahnya mangga." Setiap orangtua yang telah  melakukan pekerjaan rumahnya dengan sebaik-baiknya, pastilah  memiliki harapan bahwa si anak yang telah "ditanam" itu akan  bertumbuh sesuai dengan didikan yang telah diberikan. Biasanya si  anak akan bertumbuh sesuai dengan target orangtua ... sampai ia  menginjak usia remaja. Tapi... si anak yang penurut, suka membantu,  tidak melawan, periang, dan sebagainya, tiba-tiba berubah menjadi  seorang yang pemurung, cepat tersinggung, masa bodoh, dan suka  melawan. Dalam keadaan terkejut, kita pun dengan gugup bertanya- tanya, "Apakah kami telah melakukan kesalahan? Jika ya, kekeliruan  apa yang telah kami lakukan?"


Saya pikir intropeksi memang perlu, sehat, dan alami, asalkan tidak  dilakukan dengan gegabah dan tidak rasional. Melihat perubahan  drastis pada anak kita memanglah mengejutkan serta menakutkan.  Mengejutkan karena pohon mangga yang telah kita tanam, sekarang  berbuah jeruk; sedangkan pohon jeruknya berbuah mangga. Menakutkan  karena kita merasa tak berdaya mengendalikannya. Sebelumnya segala  sesuatu berjalan menurut aturan, dalam arti perilaku si anak tetap  dalam perkiraan kita. Apabila kita memarahinya, ia menjadi takut  atau menangis. Jika kita tidak memarahinya, ia pun menunjukkan  perasaan yang riang dan perilaku yang ramah. Tanpa sebab ia mulai  memperlihatkan sikap bermusuhan dengan kita. Kita mencoba  mengajaknya berdialog, yang kita terima darinya hanyalah, bahu  terangkat seraya berkata, "Tidak ada apa-apa." Adakalanya ia membisu  seribu bahasa dan usaha kita mengajaknya bicara terasa sia-sia.  Sebelumnya kita merasa sangat berarti dalam hidupnya, sekarang kita  merasa sangat kecil dan terkucil di hadapannya. Kita berupaya  mengetuk pintu hatinya, namun ia bersikeras menguncinya.

  Dalam bukunya, "Helping The Struggling Adolescent", Les Parrot III  menguraikan konsep diri remaja yang terdiri dari empat aspek.

ASPEK PERTAMA adalah DIRI SUNJEKTIF
yaitu pandangan pribadi remaja  tentang siapakah dirinya. Ada remaja yang menilai dirinya tampan,  tapi ada pula yang menganggap dirinya tidak menarik. Ada remaja yang  melihat dirinya supel, namun ada pula yang "kuper" (alias kurang  pergaulan). Konsep diri subjektif bersumber dari penilaian orangtua,  guru, dan teman yang telah menjadi konsep diri si remaja.

  ASPEK KEDUA ialah DIRI OBJEKTIF, 
yakni pandangan orang lain tentang  diri si remaja. Pandangan orang lain bersifat mandiri dan beragam,  dalam arti pandangan ini merupakan pandangan pribadi seseorang  tentang si remaja dan pandangan tiap orang tidak harus sama dengan  yang lainnya. Si remaja mungkin berpikir bahwa ia adalah seseorang  yang ramah dan ringan tangan (diri subjektif), namun beberapa  temannya menganggap bahwa ia adalah seseorang yang mau tahu urusan  orang lain (diri objektif).

  ASPEK KETIGA ialah DIRI SOSIAL,
yaitu pandangan si remaja akan  dirinya berdasarkan pemikirannya tentang pandangan orang lain  terhadap dirinya. Di sini si remaja melihat dirinya dengan  menggunakan kacamata orang lain. Ia mereka-reka apa penilaian orang  lain terhadap dirinya dan sudah tentu rekaan ini dapat tepat tapi  dapat pula keliru. Ia mungkin menganggap bahwa orang lain melihatnya  sebagai seseorang yang berani (diri sosial) namun dalam kenyataannya  beberapa temannya memandangnya sebagai seseorang yang kurang ajar  (diri objektif). Ia sendiri mungkin menilai dirinya bukan sebagai  seseorang yang berani melainkan sekadar sebagai pembela keadilan  (diri subjektif).

  ASPEK KEEMPAT adalah DIRI IDEAL, 
yakni sosok dirinya yang paling ia  dambakan atau ia cita-citakan. Diri ideal adalah diri yang belum  terjadi atau terbentuk sehingga si remaja terus berusaha  mencapainya. Ia mungkin melihat dirinya sebagai seseorang yang tidak  stabil (diri subjektif), oleh karena itu ia senantiasa berupaya  menjadi seseorang yang sabar (diri ideal).

Komentar